Minggu, 25 Maret 2012

sekilas tentang BKPPMI

PEDOMAN UMUM FORUM SILATURAHIM BADAN KERJASAMA PONDOK PESANTREN MADRASAH INDONESIA ( FORSIL BKPPMI ) KAB/KOTA DI INDONESIA
  1. Forsil BKPPMI beranggotakan para ulama, santri, aktivis, pengelola dan yang peduli dengan pondok pesantren dan madrasah di Indonesia
  2. Forsil BKPPMI secara de yure dan de facto di akui sebagai organisasi legal yang diakui pemerintah RI dengan tidak bertentangan pada azas Pancasila, ketentuan perundangan RI serta berdasarkan hukum syariat Islam, qur’an dan sunnah Nabi saw.
  3. Forsil BKPPMI akan selalu bersinergi dengan program pemerintah pusat maupun pemerintah daerah yang sesuai ketentuan syariat dan perundangan RI
  4. Forsil BKPPMI hanya akan mengadvokasi, edukasi pondok pesantren dan madrasah yang bergabung di Forsil BKPPMI
  5. Forsil BKPPMI mengharuskan seluruh peserta program pemberdayaan dan kemitraan mengirimkan delegasi atau perwakilan pontren atau madrasah menjadi pengurus Forsil BKPPMI di kab/ kota sebagai kelengkapan administrasi ke pihak Negara/ pemerintah daerah
  6. Forsil BKPPMI mengharuskan seluruh pengurus dan anggota bersilaturahim dengan kepala pemerintah/ bupati/walikota/ camat/ Dandim/Kejari/Kapolres/ MUI kelembagaan Negara dan ormas lainnya.
  7. Forsil BKPPMI berazas merajut ukhuwah lewat dakwah, serta memutuskan masalah lewat forum majlis musyawarah .
  8. Forsil BKPPMI, baik pengurus maupun anggota berstatus sama atas dasar ukhuwah Islamiyah.
  9. Forsil BKPPMI menjunjung tinggi konsep persaudaraan Islam dan menyelesaikan segala sengketa serta permasalahan lewat forum majlis musyawarah sesuai koridor syariat Islam.
  10. Forsil BKPPMI menyelenggarakan rapat pengurus/ anggota, minimal 1 bulan sekali dan memberikan laporan ke coordinator kab/kota/wilayah serta coordinator Nasional
  11. Forsil BKPPMI kab/kota diharuskan memiliki sarana dakwah formal maupun non formal
  12. Forsil BKPPMI kab/kota diharuskan memiliki account Email,Facebook, Twitter, website, blog maupun situs jejaring sebagai wahana dakwah dan silaturahim
  13. Forsil BKPPMI mengharuskan pengurus, terutama ketua, sekretaris, bendahara memiliki NPWP pribadi maupun atas nama lembaga pontren dan madrasah yang dipimpinnya, jika diperlukan.
  14. Forsil BKPPMI akan mengedepankan azas musyawarah dalam setiap perselisihan diantara anggota dan pengurus, sedangkan jalan hukum akan diambil lewat mekanisme paling akhir.
  15. Forsil BKPPMI wajib menjunjung tinggi kehormatan nama baik forum silaturahim BKPPMI dan ulama, santri, NKRI serta persaudaraan Islam .
  16. FORSIL BKKPPMI SEPAKAT MEMBAGI INFORMASI YANG SIFATNYA MEMBANGUN UNTUK KEBAIKAN BERSAMA DEMI UKHUWAH ISLAMIYAH, PERSAUDARAAN ISLAM, KEMAJUAN DUANIA PONPES, MADRASAH SERTA KEMAKMURAN MASYARAKAT DIBAWAH NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA.
Jakarta, 19 Januari 2001

Jumat, 23 Maret 2012

ikutilah kuliah online inspiratif...

Matrix Kuliah Online Wisatahati:
Berikut ini adalah semua materi yang disajikan dalam KuliahOnline Wisatahati
Kuliah Dasar Wisatahati adalah, memperkenalkan peserta kuliahonline kepada materi kuliah dasar dan kajian-kajiannya, serta mengajak dan menghidupkan kembali nilai-nilai tauhid, mengharap hanya kepada Allah, mengandalkan Allah, melibatkan Allah dalam setiap kegiatan, membenahi yang wajib, dan menghidupkan yang sunnah. Beberapa materi pada kanal ini adalah:
  • Kuliah Tauhid
    Kuliah tauhid ini bertujuan membenahi pola pikir dan pola ikhtiar kita. Disebut kuliah tauhid, karena meyakini hanya Allah dan hanya Allah saja. Selain itu, penuh diajarkan cara berpikir dan berikhtiar yang tauhid. Libatkan Allah, di awal, di tengah, dan di akhir. Cari Allah, dan andelin Allah. Serta banyak lagi yang dapat saudara temukan setelah mengikuti perkuliahan dasar ini.
  • Dhuha Coffee
    Pada materi ke dua dari kanal kuliah dasar ini, mengajak kita semua meminta hanya kepada Allah, melalui cara yang gak membosankan tentunya. Ingin rizki diperbanyak, hutang terbayar, gaji naik, dan lain-lain, selain bekerja sebaik mungkin, tentu kita juga wajib meminta kepada Si pemberi rizki itu, Si pemberi keputusan. Dengan cara, selain ngebenerin amalan wajib, tambah juga amalan sunnah kita. Sempetin sholat dhuha untuk rizki berkah dan melimpah. Sebagai prakteknya, kami mengajak saudara untuk mengikuti dhuha bersama, dari sekolah ke sekolah, dari kampus ke kampus, dari perusahaan ke perusahaan, dari masjid ke masjid, dan banyak lagi.
  • 100 Kasus Sedekah dan Tauhid
    Disinilah puncak pencapaian dari kuliah dasar tauhid. Setelah kita benar-benar bertauhid, yakni yakin sama janji Allah, ikhlas segala apa-apa yang kita lakukan hanya untuk Allah, dan meminta hanya kepada Allah, tentu kita tidak segan-segan bersedekah, karena kita juga yakin bahwa Allah maha mengembalikan rizki yang kita keluarkan. Ditambah, dilipatgandakan. Sebagai motivasi, akan disajikan kisah-kisah tentang kasus orang-orang yang bersedekah dan bertauhid kepada Allah. Termasuk didalamnya adalah kisah-kisah pengalaman saudara sendiri para peserta KuliahOnline, setelah mengikuti dan menjalani prakteknya. Sekali lagi, saya sebut puncak pencapaian, karena disinilah ilmu terapannya, setelah mempelajari satu demi satu materi kuliah dasar.
     
    Ingin tahu lebih detail lagi semua perihal
    "KuliahOnline Wisatahati" ini..?
    silahkan baca FAQ perihal KuliahOnline Wisatahati
     
    Head Office KuliahOnline Wisatahati
    Kampung Qur'an (HeadOffice KuliahOnline Wisatahati)
    Jl. Thamrin, Ketapang Cipondoh Tangerang Banten Telp. 021 554 1800 (Office Hours) contact email : infokuliah_wh@yahoo.com
     
    www.wisatahati.com www.pppa.or.id
     


 Dasar Wisatahati adalah, memperkenalkan peserta kuliahonline kepada materi kuliah dasar dan kajian-kajiannya, serta mengajak dan menghidupkan kembali nilai-nilai tauhid, mengharap hanya kepada Allah, mengandalkan Allah, melibatkan Allah dalam setiap kegiatan, membenahi yang wajib, dan menghidupkan yang sunnah. Beberapa materi pada kanal ini adalah:

  • Kuliah Tauhid
    Kuliah tauhid ini bertujuan membenahi pola pikir dan pola ikhtiar kita. Disebut kuliah tauhid, karena meyakini hanya Allah dan hanya Allah saja. Selain itu, penuh diajarkan cara berpikir dan berikhtiar yang tauhid. Libatkan Allah, di awal, di tengah, dan di akhir. Cari Allah, dan andelin Allah. Serta banyak lagi yang dapat saudara temukan setelah mengikuti perkuliahan dasar ini.
  • Dhuha Coffee
    Pada materi ke dua dari kanal kuliah dasar ini, mengajak kita semua meminta hanya kepada Allah, melalui cara yang gak membosankan tentunya. Ingin rizki diperbanyak, hutang terbayar, gaji naik, dan lain-lain, selain bekerja sebaik mungkin, tentu kita juga wajib meminta kepada Si pemberi rizki itu, Si pemberi keputusan. Dengan cara, selain ngebenerin amalan wajib, tambah juga amalan sunnah kita. Sempetin sholat dhuha untuk rizki berkah dan melimpah. Sebagai prakteknya, kami mengajak saudara untuk mengikuti dhuha bersama, dari sekolah ke sekolah, dari kampus ke kampus, dari perusahaan ke perusahaan, dari masjid ke masjid, dan banyak lagi.
  • 100 Kasus Sedekah dan Tauhid
    Disinilah puncak pencapaian dari kuliah dasar tauhid. Setelah kita benar-benar bertauhid, yakni yakin sama janji Allah, ikhlas segala apa-apa yang kita lakukan hanya untuk Allah, dan meminta hanya kepada Allah, tentu kita tidak segan-segan bersedekah, karena kita juga yakin bahwa Allah maha mengembalikan rizki yang kita keluarkan. Ditambah, dilipatgandakan. Sebagai motivasi, akan disajikan kisah-kisah tentang kasus orang-orang yang bersedekah dan bertauhid kepada Allah. Termasuk didalamnya adalah kisah-kisah pengalaman saudara sendiri para peserta KuliahOnline, setelah mengikuti dan menjalani prakteknya. Sekali lagi, saya sebut puncak pencapaian, karena disinilah ilmu terapannya, setelah mempelajari satu demi satu materi kuliah dasar.

Lihat / tutup lebih detail perihal materi-materi diatas..

anda butuh beberapa logo?


belajarlah...


Oleh: H. Muhammad Widus Sempo, MA

Hanya ilmu yang dapat mengangkat derajat manusia. Olehnya itu, Allah SWT memberi mereka aneka ragam potensi diri. Orang yang cacat sejak lahir punya kesempatan yang sama untuk mengembangkan potensi diri sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Di dalam Islam setiap manusia punya hak yang sama dalam memperoleh pendidikan.
Keurgensian ilmu pengetahuan terangkum dalam seruan Allah SWT kepada umat manusia untuk senantiasa membaca, menelaah, dan berpikir positif. Dia berfirman:
Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar manusia dengan perantara kalam (alat tulis baca). Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.(QS. al-Alaq [96]:1-5)
Objek dari ilmu pengetahuan yang diserukan Al-Qur’an tidak disebutkan secara eksplisit, karena ia melihat tujuan utama dari setiap disiplin ilmu, yaitu mengungkap tanda-tanda keberadaan dan keagungan Allah SWT.
Mahasiswa kedokteran mempelajari ilmu kedokteran supaya mampu menangkap sinyal-sinyal dari manifestasi nama-Nya, as-Syafi’ (Yang Maha Pemberi Kesembuhan). Sekolah teknik kejuruan mengajarkan mekanisme kerja mesin, arsitektur bangunan, dan keterampilan khusus serta operasional satuan kerja di lapangan, supaya mereka dapat mengetahui perwujudan nama-Nya, al-Muqaddir (Yang Maha Tahu dalam Menentukan kadar sesuatu). Jika seorang dokter mampu menyembuhkan penyakit dengan obat dan terapi khusus, maka di sana ada zat Yang Maha Penyembuh, sumber dari segala kesembuhan. Apabila seorang insinyur bangunan dapat membangun gedung bertingkat, dan dengan ketangkasan seorang mekanik merakit kepingan-kepingan besi menjadi benda yang berguna, maka pasti di sana ada Zat Yang Maha Mampu Menciptakan sesuatu dengan kadar dan komposisi tertentu tanpa butuh kepada yang lain, dan tidak dijangkiti rasa lelah dan capek.
Setiap disiplin ilmu bisa dikatakan sebagai ilmu, jika ia memberi hakikat seperti ini. Pelajar yang benar adalah mereka yang mampu mengenal manifestasi nama-nama Allah SWT lewat ilmu yang digelutinya. Ahli sains sejati adalah mereka yang menjadikan alam semesta sebagai laboratorium, tempat dimana mereka menemukan tanda-tanda kekuasaan-Nya.[[1]]
Maka dari itu, sejak awal Al-Qur’an mengangkat derajat orang-orang yang berilmu pengetahuan. Dia berfirman:
 Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS.. al-Mujadalah [58]: 11)
Orang-orang yang berilmu pengetahuan di sini sebagaimana yang digarisbawahi ayat di atas adalah mereka yang mengedepankan akalnya dalam setiap masalah, tidak mengikuti hawa nafsunya, mendahulukan yang amat penting dari yang penting, punya perencanaan ke depan, bekerja dengan dedikasi tinggi, dan tidak membodohi sesama atau mengeksploitasi seseorang untuk kepentingan pribadi. Hematnya, mereka itu adalah orang-orang yang tahu dimana letaknya kebenaran dan keburukan. Bukankah jarak di antara mereka berdua seperti jaraknya langit dan bumi?
Jika ada yang bertanya: “Kenapa proses pembelajaran sering kali tidak mendatangkan berkah terhadap kehidupan mereka? Dimana letak dari keberhasilan pendidikan yang senantiasa dicari oleh setiap pelajar?”
Saya menjawab: ada beberapa hal yang mendasari keberhasilan pendidikan yang penuh berkah yang mereka tidak miliki, di antaranya:
1.  Menjadikan keinginan belajar sebagai kebutuhan pokok
Orang yang menghargai ilmu adalah mereka yang senantiasa tidak ingin lepas dari buku, punya rasa ingin tahu yang kuat, mencari ilmu di manapun ia berada, mendatangi ilmu dan tidak mengharap ilmu yang mendatanginya. Tentunya, ini tidak terwujud kecuali jika rasa ingin tahu telah mendarah daging dalam diri, dan menjadi sebuah kebutuhan tersendiri.
Makna ini tersirat dalam sabda Rasul Saw  berikut ini:
“Tuntutlah ilmu pengetahuan, meskipun itu di negeri Cina.” [[2]]
Jika Anda berkata: “kenapa dalam melihat ilmu pengetahuan harus disejajarkan dengan makanan pokok?” maka Jawabannya seperti ini:
“kelangsungan hidup setiap makhluk tergantung kepada makanan, dan tentunya ketahanan fisik ada pada makanan pokok yang wajib dikonsumsi setiap hari. Begitu pula dengan rohani, supaya ia dapat melahirkan ide dan inspirasi untuk mendatangkan kemaslahatan jasmani, maka ia harus membaca dan menelaah. Seseorang bisa bertahan hidup tanpa makan dan minum selama 40 hari, tetapi ia tidak bisa menghabiskan satu hari tanpa berfikir. Olehnya itu, jika pada tenggang waktu tertentu manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, maka pada saat sekarang manusia sepatutnya dikatakan sebagai makhluk penuntut ilmu demi tercapainya kebutuhan rohani dan jasmani secara berimbang.”
Mereka yang punya sikap seperti ini adalah mereka yang tidak membedakan satuan ilmu pengetahuan dari yang lain. Mereka yang menghargai semua guru, karena apa yang mereka sampaikan adalah makanan primer terhadap rohani. Bukankah suatu kebodohan jika menjauhkan diri dari orang yang datang dengan sengaja menyuguhkan dan menyuapi makanan kesukaan kita? Kenapa kita ingin menolak pemberian itu, bukankah hewan sendiri suka disuapi?
Ingatlah! Berkah ilmu tergantung dari sejauh mana kita menghargai ilmu pengetahuan dan orang-orang yang berilmu.
2. Terus menerus belajar
Makanan pokok tidak dikatakan sebagai kebutuhan mendasar jika hanya sekali dimakan saja, tetapi makanan pokok itu adalah makanan yang senantiasa dikonsumsi tiap harinya. Seseorang bisa saja tidak makan krupuk pada hari ini dan hari-hari mendatang, tetapi amat sulit baginya jika tidak makan nasi pada tiap kali mengusir rasa lapar.
Pelajaran menjadi kebutuhan utama, jika dalam diri senantiasa ada dorongan kuat untuk membaca, mengetahui, dan memahami. Bukanlah belajar itu dengan membaca sekali kemudian berhenti karena telah merasa puas, tapi belajar yang benar itu adalah belajar yang tidak pernah mengenal rasa puas, senantiasa haus dengan ilmu, selalu membaca di setiap ada kesempatan. Jika tidak membaca dalam jangka waktu tertentu tercipta dalam diri sebuah keanehan dan rasa tidak nyaman, seperti orang yang merasa lemah akibat tidak makan dan minum.
Para ilmuwan Islam terkemuka telah terbiasa menghabiskan waktu mereka berjam-jam tanpa makan dan minum, hanya karena terbuai oleh indahnya setiap hakikat ilmu pengetahuan yang mereka pahami. Bahkan, di antara mereka yang ditakdirkan masuk penjara meminta agar tidak dipisahkan dengan bukunya, meski ia hanya membawa sehelai pakaian. Itu bukanlah hal yang aneh, karena kepribadian manusia terbentuk dari kebiasaan.
Hemat penulis, seruan itu tersirat dari ayat-ayat yang menganjurkan umat untuk senantiasa memikirkan dan mengungkap rahasia-rahasia Allah SWT di balik setiap penciptaan entitas kehidupan. Al-Qur’an dalam menyeru kepada hal tersebut kerap kali mempergunakan fi’il mudhari (kata kerja yang menunjukkan pekerjaan yang terjadi pada saat sekarang dan masa mendatang). Seperti firman-Nya di bawah ini:
Maka tidaklah kamu memahaminya?(QS. al-Baqarah [2]: 44)
Dan firman-Nya juga:
Maka apakah kamu tidak memikirkannya? (QS. al-An’am [6]: 50)
serta firman-Nya:
Maka apakah kamu tidak mengambil pelajaran?(Qs. Yunus [10]: 3)
Dan pastinya, seruan untuk memahami, berpikir, dan mengambil pelajaran senantiasa langgeng sampai hari kiamat.
3.  Merendah diri terhadap sesama
Tawadhu’ (rendah diri) merupakan tujuan ilmu, dan pada waktu yang sama dia juga jalan meraih berkah pendidikan. Karena dengan sifat itu, seseorang tidak menganggap remeh ilmu pengetahuan, melihat enteng orang lain, membuang kesombongan dan ego, dan senantiasa melihat dirinya sama dengan yang lain. Orang yang menyombongkan diri dengan pengetahuannya telah berada pada kebodohan dalam keadaan tidak sadar. Apakah yang dapat kita sombongkan dari ilmu itu? Bukankah pada suatu waktu seorang pelajar kadang lupa apa yang pernah dipelajarinya, sementara ia amat yakin bahwa hafalan tersebut senantiasa melekat di benaknya? Bukankah ini pertanda bahwa setiap pelajar hanya dituntut untuk belajar dan berusaha semaksimal mungkin mengetahui, tahu atau tidaknya itu tergantung kepada kebijakan Allah SWT? Bukankah itu sinyal dari kelemahan dan ketidakmampuan kita sebagai hamba, jadi apa lagi yang mesti disombongkan, wahai mereka yang bersikap angkuh dengan ilmunya?
Orang tua murid sering kali melantunkan pepatah ini: “Padi jika menguning merundukkan daun”. Orang yang rendah diri adalah mereka yang tahu jati diri, tidak melihat ada sesuatu kelebihan dalam diri, karena yang memberi isi dan bobot ilmu pengetahuan dalam dirinya adalah Sang Pencipta. Ia hanya tempat air yang siap untuk diisi, dan tidak menutup kemungkinan air itu ada yang tumpah sebagian. Jika perihalnya seperti itu, kenapa kita tidak ingin menundukkan muka, merendah diri terhadap sesama?
Di dalam sifat ini tersimpan kebaikan yang tidak terkira. Jika rendah diri telah menjadi pakaian seseorang, maka ia akan memberi rasa damai, tawakal, dan percaya diri yang luar biasa. Kenapa tidak? Bukankah rendah diri itu sifat para ulama.
Wahai mereka yang berilmu, Berbahagialah! Anda adalah pelanjut  perjuangan para nabi-nabi dalam mengemban dakwah Islam, diberikan potensi untuk mengetahui manifestasi nama-nama Allah SWT di alam semesta, diangkat derajatnya di antara hamba-hamba-Nya, dan tentunya, mereka itu meniti jalan kebenaran menuju akhirat. Berbahagialah kalian! Di dunia Anda dimuliakan sesama, di akhirat Anda mendapatkan tempat kehormatan tersendiri di sisi Allah SWT. Olehnya itu, Buanglah jauh, dan kubur mati kesombongan itu, serta tanamkan dalam diri sikap rendah diri! Itulah keberuntungan yang sebenarnya.
 ***Dakwatuna

Ketika hati Sudah Bercahaya... amin ya rob

Adakah diantara kita yang merasa mencapai sukses hidup karena telah berhasil meraih segalanya : harta, gelar, pangkat, jabatan, dan kedudukan yang telah menggenggam seluruh isi dunia ini? Marilah kita kaji ulang, seberapa besar sebenarnya nilai dari apa-apa yang telah kita raih selama ini. Di sebuah harian pernah diberitakan tentang penemuan baru berupa teropong yang diberi nama telescope Hubble. Dengan teropong ini berhasil ditemukan sebanyak lima milyar gugusan galaksi. Padahal yang telah kita ketahui selama ini adalah suatu gugusan bernama galaksi bimasakti, yang di dalamnya terdapat planet-planet yang membuat takjub siapa pun yang mencoba bersungguh-sungguh mempelajarinya. Matahari saja merupakan salah satu planet yang sangat kecil, yang berada dalam gugusan galaksi di dalam tata surya kita. Nah, apalagi planet bumi ini sendiri yang besarnya hanya satu noktah. Sungguh tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan lima milyar gugusan galaksi tersebut. Sungguh alangkah dahsyatnya.
Sayangnya, seringkali orang yang merasa telah berhasil meraih segala apapun yang dirindukannya di bumi ini - dan dengan demikian merasa telah sukses - suka tergelincir hanya mempergauli dunianya saja. Akibatnya, keberadaannya membuat ia bangga dan pongah, tetapi ketiadaannya serta merta membuat lahir batinnya sengsara dan tersiksa. Manakala berhasil mencapai apa yang diinginkannya, ia merasa semua itu hasil usaha dan kerja kerasnya semata, sedangkan ketika gagal mendapatkannya, ia pun serta merta merasa diri sial. Bahkan tidak jarang kesialannya itu ditimpakan atau dicarikan kambing hitamnya pada orang lain.
Orang semacam ini tentu telah lupa bahwa apapun yang diinginkannya dan diusahakan oleh manusia sangat tergantung pada izin Allah Azza wa Jalla. Mati-matian ia berjuang mengejar apa-apa yang dinginkannya, pasti tidak akan dapat dicapai tanpa izin-Nya. Laa haula walaa quwwata illaabillaah! Begitulah kalau orang hanya bergaul, dengan dunia yang ternyata tidak ada apa-apanya ini.
Padahal, seharusnya kita bergaul hanya dengan Allah Azza wa Jalla, Zat yang Maha Menguasai jagat raya, sehingga hati kita tidak akan pernah galau oleh dunia yang kecil mungil ini. Laa khaufun alaihim walaa hum yahjanuun! Samasekali tidak ada kecemasan dalam menghadapi urusan apapun di dunia ini. Semua ini tidak lain karena hatinya selalu sibuk dengan Dia, Zat Pemilik Alam Semesta yang begitu hebat dan dahsyat.
Sikap inilah sesungguhnya yang harus senantiasa kita latih dalam mempergauli kehidupan di dunia ini. Tubuh lekat dengan dunia, tetapi jangan biarkan hati turut lekat dengannya. Ada dan tiadanya segala perkara dunia ini di sisi kita jangan sekali-kali membuat hati goyah karena toh sama pahalanya di sisi Allah. Sekali hati ini lekat dengan dunia, maka adanya akan membuat bangga, sedangkan tiadanya akan membuat kita terluka. Ini berarti kita akan sengsara karenanya, karena ada dan tiada itu akan terus menerus terjadi.
Betapa tidak! Tabiat dunia itu senantisa dipergilirkan. Datang, tertahan, diambil. Mudah, susah. Sehat, sakit. Dipuji, dicaci. Dihormati, direndahkan. Semuanya terjadi silih berganti. Nah, kalau hati kita hanya akrab dengan kejadian-kejadian seperti itu tanpa krab dengan Zat pemilik kejadiannya, maka letihlah hidup kita.
Lain halnya kalau hati kita selalu bersama Allah. Perubahan apa saja dalam episode kehidupan dunia tidak akan ada satu pun yang merugikan kita. Artinya, memang kita harus terus menerus meningkatkan mutu pengenalan kita kepada Allah Azza wa Jalla. Di antara yang penting yang kita perhatikan sekiranya ingin dicintai Allah adalah bahwa kita harus zuhud terhadap dunia ini. Rasulullah SAW pernah bersabda, "Barangsiapa yang zuhud terhadap dunia, niscaya Allah mencintainya, dan barangsiapa yang zuhud terhadap apa yang ada di tangan manusia, niscaya manusia mencintainya."
Zuhud terhadap dunia bukan berarti tidak mempunyai hal-hal yang bersifat duniawi, melainkan kita lebih yakin dengan apa yang ada di sisi Allah daripada apa yang ada di tangan kita. Bagi orang-orang yang zuhud terhadap dunia, sebanyak apapun yang dimiliki sama sekali tidak akan membuat hati merasa tentram karena ketentraman itu hanyalah apa-apa yang ada di sisi Allah.
Rasulullah SAW bersabda, "Melakukan zuhud dalam kehidupan di dunia bukanlah dengan mengharamkan yang halal dan bukan pula memboroskan kekayaan. Zuhud terhadap kehidupan dunia itu ialah tidak menganggap apa yang ada pada dirimu lebih pasti daripada apa yang ada pada Allah." (HR. Ahmad, Mauqufan)
Andaikata kita merasa lebih tentram dengan sejumlah tabungan di bank, maka berarti kita belum zuhud. Seberapa besar pun uang tabungan kita, seharusnya kita lebih merasa tentram dengan jaminan Allah. Ini dikarenakan apapun yang kita miliki belum tentu menjadi rizki kita kalau tidak ada izin Allah.
Sekiranya kita memiliki orang tua atau sahabat yang memiliki kedudukan tertentu, hendaknya kita tidak sampai merasa tentram dengan jaminan mereka atau siapa pun. Karena, semua itu tidak akan datang kepada kita, kecuali dengan izin Allah.
Orang yang zuhud terhadap dunia melihat apapun yang dimilikinya tidak menjadi jaminan. Ia lebih suka dengan jaminan Allah karena walaupun tidak tampak dan tidak tertulis, tetapi Dia Mahatahu akan segala kebutuhan kita.jangan ukur kemuliaan seseorang dengan adanya dunia di genggamannya. Sebaliknya jangan pula meremehkan seseorang karena ia tidak memiliki apa-apa. Kalau kita tidak menghormati seseorang karena ia tidak memiliki apa-apa. Kalau kita menghormati seseorang karena kedudukan dan kekayaannya, kalau meremehkan seseorang karena ia papa dan jelata, maka ini berarti kita sudah mulai cinta dunia. Akibatnya akan susah hati ini bercahaya disisi Allah.
Mengapa demikian? Karena, hati kita akan dihinggapi sifat sombong dan takabur dengan selalu mudah membeda-bedakan teman atau seseorang yang datang kepada kita. Padahal siapa tahu Allah mendatangkan seseorang yang sederhana itu sebagai isyarat bahwa Dia akan menurunkan pertolongan-Nya kepada kita.
Hendaknya dari sekarang mulai diubah sistem kalkulasi kita atas keuntungan-keuntungan. Ketika hendak membeli suatu barang dan kita tahu harga barang tersebut di supermarket lebih murah ketimbang membelinya pada seorang ibu tua yang berjualan dengan bakul sederhananya, sehingga kita mersa perlu untuk menawarnya dengan harga serendah mungkin, maka mulailah merasa beruntung jikalau kita menguntungkan ibu tua berimbang kita mendapatkan untung darinya. Artinya, pilihan membeli tentu akan lebih baik jatuh padanya dan dengan harga yang ditawarkannya daripada membelinya ke supermarket. Walhasil, keuntungan bagi kita justru ketika kita bisa memberikan sesuatu kepada orang lain.
Lain halnya dengan keuntungan diuniawi. Keuntungan semacam ini baru terasa ketika mendapatkan sesuatu dari orang lain. Sedangkan arti keuntungan bagi kita adalah ketika bisa memberi lebih daripada yang diberikan oleh orang lain. Jelas, akan sangat lain nilai kepuasan batinnya juga.
Bagi orang-orang yang cinta dunia, tampak sekali bahwa keuntungan bagi dirinya adalah ketika ia dihormati, disegani, dipuji, dan dimuliakan. Akan tetapi, bagi orang-orang yang sangat merindukan kedudukan di sisi Allah, justru kelezatan menikmati keuntungan itu ketika berhasil dengan ikhlas menghargai, memuliakan, dan menolong orang lain. Cukup ini saja! Perkara berterima kasih atau tidak, itu samasekali bukan urusan kita. Dapatnya kita menghargai, memuliakan, dan menolong orang lain pun sudah merupakan keberuntungan yang sangat luar biasa.
Sungguh sangat lain bagi ahli dunia, yang segalanya serba kalkulasi, balas membalas, serta ada imbalan atau tidak ada imbalan. Karenanya, tidak usah heran kalau para ahli dunia itu akan banyak letih karena hari-harinya selalu penuh dengan tuntutan dan penghargaan, pujian, dan lain sebagainya, dari orang lain. Terkadang untuk mendapatkan semua itu ia merekayasa perkataan, penampilan, dan banyak hal demi untuk meraih penghargaan.
Bagi ahli zuhud tidaklah demikian. Yang penting kita buat tatanan kehidupan ini seproporsional mungkin, dengan menghargai, memuliakan, dan membantu orang lain tanpa mengharapkan imbalan apapun. Inilah keuntungan-keuntungan bagi ahli-ahli zuhud. Lebih merasa aman dan menyukai apa-apa yang terbaik di sisi Allah daripada apa yang didapatkan dari selain Dia.
Walhasil, siapapun yang merindukan hatinya bercahaya karena senantiasa dicahayai oleh nuur dari sisi Allah, hendaknya ia berjuang sekuat-kuatnya untuk mengubah diri, mengubah sikap hidup, menjadi orang yang tidak cinta dunia, sehingga jadilah ia ahli zuhud.
"Adakalanya nuur Illahi itu turun kepadamu", tulis Syaikh Ibnu Atho'illah dalam kitabnya, Al Hikam, "tetapi ternyata hatimu penuh dengan keduniaan, sehingga kembalilah nuur itu ke tempatnya semula. Oleh sebab itu, kosongkanlah hatimu dari segala sesuatu selain Allah, niscaya Allah akan memenuhinya dengan ma'rifat dan rahasia-rahasia."
Subhanallaah, sungguh akan merasakan hakikat kelezatan hidup di dunia ini, yang sangat luar biasa, siapapun yang hatinya telah dipenuhi dengan cahaya dari sisi Allah Azza wa Jalla. "Cahaya di atas cahaya. Allah membimbing (seorang hamba) kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki ..." (QS. An Nuur [24] : 35).
_________________________
oleh : K.H. Abdullah Gymnastiar



Wanita adalah perhiasan terindah di dunia

Di belakang Pria yang Kuat, Selalu Ada Wanita Hebat!

22BETAPA  hebat menjadi wanita. Lembut, penuh kasih, dilindungi, dihormati dan dihargai. Kehadirannya diperlukan oleh setiap manusia di semua peringkat usia. Sebagai anak dia menyenangkan. Sebagai saudara, dia menenteramkan. Sebagai isteri, dia menginspirasi. Sebagai ibu, dia pendidik ulung dan sebagai  teman, dia dikenal sebagai penasihat yang ikhlas.

Di sebalik kekurangannya dari sisi akal dan agama, dalam banyak situasi, wanitalah pemeran utama di belakang layar. Baik pendidikan yang diterimanya, baiklah pula pengaruh yang dibawanya.
Boleh dikatakan, wanita adalah penentu jatuh atau tegaknya pria. Malah dalam banyak kisah dari seluruh dunia , dialah yang membangunkan pria, memberikan motivasi dan buah fikiran yang tak dapat ditepikan.
Hal yang sama berlaku kepada keluarga Muslim-mukmin yang cinta li ilah li kalimatillah, jihad fi sabilillah. 
Dalam sebuah keluarga, posisi paling penting adalah sebagai isteri, karena dialah orang yang paling dekat dan paling mengerti suaminya. Di sinilah letaknya makna syarikatul hayah (pasangan kehidupan), yang setia menjadi sayap suami dalam keadaan suaminya hadir dan sewaktu ketiadaannya. Bersungguh-sungguh berusaha membantu secara hakiki dan maknawi dalam mencapai cita-cita hidup mulia atau mati syahid.
Firman Allah  Subhanahu wa-ta'ala (سبحانه و تعالى‎) di dalam surah At-Taubah, ayat 71;
وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاء بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاَةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَيُطِيعُونَ اللّهَ وَرَسُولَهُ أُوْلَـئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ
اللّهُ إِنَّ اللّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
“Dan orang-orang yang mukmin pria dan wanita, sebahagian daripada mereka adalah penolong bagi sebahagian yang lain, mereka menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar, mereka mendirikan shalat, mengeluarkan zakat dan ta’at kepada Allah dan Rasulnya. Mereka itu akan dirahmati Allah. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Bijaksana.”   
Apakah syarikatul hayah (partner kehidupan?), apakah kriteria yang diperlukan? Secara ideal, seorang wanita Muslim haruslah memiliki modal:
1.  Memiliki tingkat iman dan taqwa yang memadai
Paling tidak, mampu membedakan mana yang haq dan mana yang batil. Cukup pula untuk dia memilih dan memilah yang halal, haram dan yang syubhat. Dengan demikian, dia menggenggam izzah-nya dengan kuat.
Bila sudah berbekal dengan iman dan taqwa, dia tidak akan mudah berputus asa dan kemudian diserang kemurungan apabila ditimpa musibah. Dan dua bekal tersebut akan menjadi benteng dirinya dari terjebak ke dalam perbuatan atau kerja yang berisiko mengancam aqidah dan akhlaq.
2. Sebaiknya dia menguasai ilmu dien dan akademik
Wanita yang berwawasan akan menyadari kepentingan ilmu lantaran dialah yang akan memikul tanggung-jawab sebagai guru besar kepada anak-anaknya, baik semasa keberadaan suami  di rumah maupun pada saat ketidakhadiran suami. Dengan ilmu, dia mampu berperan sebagai pembantu pribadi suami dan berupaya menjadi pendidik kepada anak-anaknya.
Sementara dengan kemahiran atau skill-skill tertentu, antara lain, memasak, menjahit, mengajar, memandu kenderaan dan lain-lain, dia akan memiliki inisiatif dan kreativitas dalam menjalani hidup, baik bersama suami mahupun ketika bersendirian.
3. Berkemampuan mengendali emosi
Wanita Muslim yang baik, ia harus sanggup bersusah-payah dan berusaha untuk qanaah, karena suami yang cintakan Allah, agama dan jihad akan otomatis menjadikan dunia sebagai sarana menuju akhirat, bukan sebagai kesenangan dunia semata. Menurut istilah Imam Asy-Syafii rahimahullah, “Hakikat zuhud adalah tidak meletakkan dunia di hatinya.”
Ini bermakna, bahwa seorang isteri harus kuat menahan hati dan emosi bila suatu saat, kekayaan kita mulai berkurang.
4. Memiliki mental yang kuat
Dalam bahasa yang lebih mudah, wanita harus kuat menahan perasaan. Ada banyak kondisi dan situasi yang menuntut kemampuan ini; kepergian suami dalam waktu lama, anak yang sakit di kala suami sibuk dan tak dapat mendampingi, keperluan ummat yang menyita waktu bersama suami. Atau ujian berat, ketika para wanita mendapati suami-suami mereka di penjara. Sementara keluarga yang tidak mendukung dan kondisi keuangan yang tidak stabil, adalah satu hal yang tak dapat tepiskan begitu saja. Bahkan berat pula kondisi ketika para suami berkeinginan “membantu” mengangkat derajat kaum hawa menjadi pendamping.
Sungguh luar biasa semua itu, jika perasaan marah, cengeng,  dan cemburunya mampu diletakkan di tempat yang betul dan baik serta wajar.
5. Mampu mengawal diri dari sifat buruk yang timbul dari situasi tertentu
Sifat buruk di sini antara lain adalah; membanggakan diri sebagai isteri, dengan itu dia paling tau banyak hal. Membanggakan suami dan merendahkan orang lain bisa juga menganggap dirinya orang paling malang dan paling memerlukan perhatian banyak orang ketika sedang  ditimpa musibah dan lain sebagainya.
6. Memiliki daya tahan dan kemahuan yang kuat
Daya tahan seorang istri-lah yang menjadi inspirasi dan menjadi pendorong utama para suami untuk melaksanakan amal dan karir. Dia ibarat  antibodi yang gigih melawan sembarang jenis bakteri, kuman dan  virus yang menyerang jiwa dan semangat suami dan keluarga.
Dia berkemauan kuat untuk bersama-sama suaminya menempuh ombak lautan perjuangan di dalam kapal bernama “jihad” dan rumahtangga menuju jannah Rabbnya. Dengan kemauan kuat yang kadang kelihatan seperti sebuah kedegilan, jiwa rapuh ditegakkan, semangat layu disegarkan dan air mata diusap dan diganti dengan senyuman.
7. Selalu berinisiatif untuk kelihatan menarik di mata suami
Wanita Muslim harus menarik dari berbagai segi; penampilan, cara berpakaian, berfikir, bersikap, berbicara dan mengambil keputusan, dalam waktu senang maupun susah. Wanita sebeginilah yang Rasulullah Shalallaahu 'Alaihi Wasallam (صلى الله عليه و سلم)  maksudkan dalam sebuah ucapannya,
“Tidakkah mau aku kabarkan kepada kamu tentang sesuatu yang paling baik dari seorang wanita? Wanita sholehah adalah wanita yang bila dilihat suaminya menyenangkan, bila diperintah ia mentaatinya dan bila suaminya meninggalkannya, ia menjaga diri dan harta suaminya.” [Hadith riwayat Abu Daud dan An-Nasa’i)
Berbahagialah wanita yang membahagiakan suaminya.  Pria yang berjaya adalah pria yang bahagia lantaran telah memperoleh sebaik-baik perhiasan.
Rasulullah dalam sebuah haditsnya mengatakan,  "Ad dunya mata', wa khoiru mata'iha al mar'atus Shalihat." (dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan adalah isteri Shalihat, HR. Muslim)
Pria yang berjaya adalah pria yang jiwanya bahagia dan merdeka, adalah pria yang tidak terpenjara oleh ulah dan ragam wanita di sisinya. Untuk itu, kesempatan belajar dan hak dididik perlulah diberi kepada kaum wanita. Tak ada ruginya pria memberi kesempatan wanita belajar. “You get what you give.”
Yakinlah, tangan yang menghayun buaian, akan mampu menggoncangkan dunia. Wallahu a’lamu  bish-shawabi. (Hanya Allah yang Maha tahu kebenarannya)
Paridah Abbas, penulis ibu rumah tangga dan seorang pengajar

Selasa, 20 Maret 2012

Tiga Amalan Harian Muslim Sejati



TigaAmalan Harian Muslim Sejati
Setiap waktu merupakan ladang pahala bagi setiap muslim oleh karena itu, janganlah lewatkan setiap jengkal waktu yang dilalui dengan kesia-siaan dan merugikan diri sendiri.
Berikut ini, tiga buah amalan yang agung disisi Allah, amalan yang dicintai-Nya, amalan yang akan mendekatkan diri kepada-Nya, amalan yang akan menentramkan hati dimanapun kita berada, amalan yang akan menjadi tabungan menyambut hari esok setelah ditiupnya sangkakala dan hancurnya dunia beserta segenap isinya.
Semoga Allah mengumpulkan kita bersama para nabi, shiddiqin, syuhada, dan orang-orang salih di dalam surga-Nya…, Allahumma amin.

1 Perbanyaklah berdzikir kepada Allah Ta’ala
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Ingatlah kalian kepada-Ku niscaya Aku pun akan mengingat kalian.” (QS. al-Baqarah: 152).
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Hai orang-orang yang beriman, ingatlah kepada Allah dengan sebanyak-banyaknya…” (QS. al-Ahzab: 41).
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta dan anak-anak kalian melalaikan kalian dari mengingat Allah.” (QS. al-Munafiqun: 9).
Rasulullahshallallahu‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah suatu kaum berkumpul seraya mengingat Allah, melainkan pasti malaikat akan menaungi mereka, rahmat meliputi mereka, ketentraman turun kepada mereka, dan Allah akan menyebut-nyebut nama mereka di hadapan malaikat yang di sisi-Nya.” (HR. Muslim)

2 Tetaplah berdoa kepada Allah Ta’ala
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Rabb kalian berfirman; Berdoalah kepada-Ku niscaya Aku kabulkan. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri sehingga tidak mau beribadah(berdoa) kepada-Ku pasti akan masuk neraka dalam keadaan hina.” (QS. Ghafir: 60).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tiada suatu urusan yang lebih mulia bagi Allah dari pada doa.” (HR. al-Hakim).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa yang tidak berdoa kepada Allah subhanah, maka Allahmurka kepada dirinya.” (HR.Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Rabb kita tabaraka wa ta’ala setiap malam yaitu pada sepertiga malam terakhir turun ke langit terendah dan berfirman, ‘Siapakah yang mauberdoa kepada-Ku niscaya Aku kabulkan, siapakah yang mau meminta kepada-Ku niscaya Aku beri, siapa yang mau meminta ampunan kepada-Ku niscaya Aku ampuni.” (HR. Bukhari dan Muslim)

3 Mohon ampunlah kepada Allah Ta’ala
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Tidaklah Allah akan menyiksa mereka sementara kamu berada ditengah-tengah mereka, dan tidaklah Allah akan menyiksa mereka sedangkan mereka selalu beristighfar/meminta ampunan.” (QS. al-Anfal: 33).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Demi Allah, sesungguhnya aku setiap hari meminta ampunan dan bertaubat kepada Allah lebih dari tujuh puluh kali.” (HR. Bukhari).

Perjalanan waktu menggiring kita semakin mendekati kematian oleh sebab itu marilah kita isi umur kita dengan dzikir, doa, dan taubat kepada-Nya. Mudah-mudahan kita termasuk golongan yang dicintai-Nya, diampuni oleh-Nya, dan mendapatkan rahmat dari-Nya…

Sumber: www.muslim.or.id / kitab adz-Dzikr wa ad-Du’a karya Syaikh Abdurrazzaq binAbdul Muhsin al-Badr
Penulis: Abu Mushlih Ari Wahyudi